Friday, February 25, 2011

Amerika Di Balik Demo Libya - Presiden Venezuela



Menteri Luar Negara Venezuela menggaungkan kembali tuduhan Fidel Castro bahwa Amerika Syarikat (AS) dan sekutunya berada di belakang penunjuk perasaan di Libya untuk menguasai cadangan minyak di negara Afrika Utara tersebut.

Menteri Luar Negeri Venezuela Nicolas Maduro menyatakan, AS dan negara kuat lainnya sedang merencanakan pergerakan di dalam Libya yang bertujuan untuk menumbangkan kekuasaan Moammar Khadafi.

Namun, Maduro tidak mengutuk atau membela kekerasan yang dilakukan Pemerintah Libya terhadap para penunjuk perasaan yang menentang Khadafi.

Maduro meminta solusi damai harus diutamakan atas kerusuhan yang terjadi di Libya dan mempertanyakan kebenaran berita tentang kekecohan di Libya yang diberitakan oleh media yang menyudutkan kubu Khadafi di Tripoli.

"Mereka merekayasa situasi untuk melakukan pencerobohan ke Libya,” ujar Maduro seperti dikutip dari CBS, Jumaat (25/2/2011).

"Libya sedang mengalami saat sulit yang seharusnya tidak di pengaruhi oleh maklumat menyesatkan dari pejabat berita media barat,” Maduro menambahkan.

Khadafi sudah menjadi sekutu dekat Presiden Venezuela Hugo Chavez, dan lawan politik Chavez mengkritik pedas hubungan kedua negara tersebut.

Sebelumnya, pada Selasa (22/2/2011), Fidel Castro yang merupakan mentor Chavez, mengatakan, aksi protes di Libya merupakan dalih AS untuk melakukan pencerobohan oleh North Atlantic Treaty Organization (NATO).

Castro dalam sebuah ruangan di surat kabar nasional Kuba mengatakan, terlalu awal untuk mengkritik pemerintahan Khadafi. Tapi, ia mash keras menyatakan bahawa aksi protes tersebut adalah rencana pencerobohan AS untuk mengambil alih cadangan minyak di Libya.

Venezuela dan Libya merupakan anggota Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC).

Chavez, yang sudah menjalin hubungan dekat dengan Khadafi sejak memangku jabatan presiden sejak 1999, telah berulang kali menuduh Pemerintah AS berkonspirasi menjatuhkan pemerintahannya.

Presiden yang mendakwa dirinya sebagai seorang sosialis itu menyatakan AS ingin menguasai cadangan besar petrolium di Venezuela.

Namun, Pemerintah AS mengejek tuduhan bahwa AS berencana melawan Pemerintahan Venezuela.


Sumber: Greenboc

No comments:

Post a Comment