Saturday, May 21, 2011

Pertaruhkan Nyawa, Rakyat Bahrain Lanjutkan Protes

 Di bawah represi rezim al-Khalifa, ratusan pengunjuk rasa turun ke jalan menuntut pembebasan segera aktivis yang ditahan pemerintah Manama.
 
Aksi protes terjadi di desa Sanabis dekat ibukota Manama, menuntut diakhirinya kekuasaan dinasti al-Khalifa. Demonstrasi serupa terjadi di desa Boori.

Sementara itu, petugas keamanan Bahrain yang didukung pasukan Saudi memasuki daerah Sitra dan menahan dua remaja. Menurut saksi mata, polisi anti huru-hara dan preman pro-rezim juga menyerbu desa Hamala, Daih dan Diraz.

Pemerintah Manama menangkap ratusan demonstran, aktivis oposisi, blogger dan dokter sejak awal protes anti-rezim di Bahrain pada pertengahan Februari lalu.

Setidaknya empat aktivis yang ditahan meninggal akibat penyiksaan saat dalam tahanan polisi. Selain itu, pasukan keamanan Bahrain dengan dukungan militer Arab Saudi telah merusak puluhan masjid dan huseiniyah. 


Amnesti International dan pemantau HAM internasional mengkritik sikap brutal pemerintah Bahrain terhadap penduduk sipil.


Pemerintah Bahrain tidak memberikan izin bagi Komite Palang Merah internasional menjenguk tahanan dan melakukan tugasnya sebagai organisasi kemanusiaan di negara Arab itu. 

Sekjen Amnesti Internasional, Salil Shetty menyatakan, "Tidak adanya reaksi yang terkoordinasi dari masyarakat internasional terhadap penumpasan protes damai di Bahrain dan Yaman, sangat memalukan."



"Kekuatan adidaya dunia harus mendukung rakyat di negara-negara yang menuntut reformasi politik dan realisasi hak-hak mereka. Meski seandainya negara-negara tersebut merupakan sekutu politik Barat,"tegasnya. 

Menurutnya, kekuatan adidaya juga harus mengambil pelajaran dari transformasi terbaru yang terjadi di dunia Arab saat ini karena mungkin dalam waktu dekat mereka juga akan mengalami hal yang sama.

Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Navi Pillay mengecam pemerintah Manama, karena menangkap ratusan demonstran anti-pemerintah dan bahkan mengadili para dokter dan perawat di sebuah pengadilan militer.(IRIB/PH)

No comments:

Post a Comment