Pengamat dari Amerika Serikat dan mantan analis CIA, Kathleen Christison meyakini Osama bin Laden hanya sebuah alasan dan alat bagi Washington untuk mengobar perang. Ditambahkannya, meski telah mengumumkan kematian pemimpin Al Qaeda itu, AS masih terus melanjutkan kebijakan ekspansifnya.
Christison dalam wawancara eksklusif dengan IRNA, Selasa (3/5) mengatakan, "Saya berpikir kematian Osama tidak akan memberi banyak pengaruh terhadap kebijakan yang disebut perang melawan terorisme, yang dipelopori oleh AS dan sekutunya."
"Pada prakteknya, perang tersebut tidak begitu punya hubungan dengan Osama dan Taliban. Saya khawatir AS akan terus melakukan intervensi militer di negara-negara lain pasca tewasnya Osama," jelasnya.
AS mengejar tujuan-tujuan imperialisnya, mengontrol kawasan Timur Tengah dan menjamin akses aman ke sumber-sumber minyak di kawasan. Negara adidaya itu hanya ingin memperkuat hegemoni rezim Zionis Israel di kawasan dan juga membantu rezim-rezim bonekanya seperti Arab Saudi.
Christison yang aktif sebagai analis CIA pada dekade 1960, menegaskan, Osama sama sekali tidak diperhitungkan sebagai sebuah faktor penting dalam tujuan-tujuan AS. Ia hanya alat Washington dalam mengejar kebijakan ekspansif AS. Ditambahkannya, pengumuman tewasnya Osama pasti akan membantu Presiden Barack Obama di AS, terlebih masa kampanye pemilu presiden mendatang telah dimulai dan popularitas Obama juga merosot.
"Euforia kebanyakan warga AS atas kematian Osama menunjukkan bahwa mereka telah memberikan apresiasi besar kepada Obama. Presiden AS akan dianggap sebagai pahlawan dan tentu saja akan menyetop penurunan popularitas Obama," tambahnya.
"Sejak beberapa tahun lalu, Osama tidak lagi mengontrol operasi Al Qaeda dan memainkan peran penting dalam aksi-aksi terorisme dan AS juga mengetahui dengan baik masalah ini. Namun, tetap mengeksploitasinya sebagai sarana dan alat pada saat-saat diperlukan," tegasnya.
Ketika ditanya tentang peran AS dan beberapa negara Arab dalam mendirikan Al Qaeda, Christison menjelaskan, meski pada prinsipnya Al Qaeda dan Osama adalah produk Barat dan beberapa negara Arab, tapi bukan berarti negara-negara itu masih mengendalikan organisasi teroris tersebut.
Osama bin Mohammed bin Awad bin Laden yang lahir pada tahun 1957 di Riyadh adalah seorang warga negara Arab Saudi dan anggota keluarga Bin Laden, pendiri dan pemimpin kelompok teroris Al Qaeda.
Setelah meninggalkan kuliah pada tahun 1979, Osama bergabung dengan mujahidin Afghanistan untuk melawan invasi Soviet di negara itu. Dari tahun 1979-1989 di bawah Presiden Jimmy Carter dan Ronald Reagan, CIA menyediakan bantuan finansial, senjata dan pelatihan secara terbuka dan rahasia kepada mujahidin Afghanistan dan Osama untuk melawan Soviet. Presiden Reagan bahkan sering memuji mujahidin Afghanistan sebagai pejuang kebebasan. (IRIB/RM/NA)
Christison dalam wawancara eksklusif dengan IRNA, Selasa (3/5) mengatakan, "Saya berpikir kematian Osama tidak akan memberi banyak pengaruh terhadap kebijakan yang disebut perang melawan terorisme, yang dipelopori oleh AS dan sekutunya."
"Pada prakteknya, perang tersebut tidak begitu punya hubungan dengan Osama dan Taliban. Saya khawatir AS akan terus melakukan intervensi militer di negara-negara lain pasca tewasnya Osama," jelasnya.
AS mengejar tujuan-tujuan imperialisnya, mengontrol kawasan Timur Tengah dan menjamin akses aman ke sumber-sumber minyak di kawasan. Negara adidaya itu hanya ingin memperkuat hegemoni rezim Zionis Israel di kawasan dan juga membantu rezim-rezim bonekanya seperti Arab Saudi.
Christison yang aktif sebagai analis CIA pada dekade 1960, menegaskan, Osama sama sekali tidak diperhitungkan sebagai sebuah faktor penting dalam tujuan-tujuan AS. Ia hanya alat Washington dalam mengejar kebijakan ekspansif AS. Ditambahkannya, pengumuman tewasnya Osama pasti akan membantu Presiden Barack Obama di AS, terlebih masa kampanye pemilu presiden mendatang telah dimulai dan popularitas Obama juga merosot.
"Euforia kebanyakan warga AS atas kematian Osama menunjukkan bahwa mereka telah memberikan apresiasi besar kepada Obama. Presiden AS akan dianggap sebagai pahlawan dan tentu saja akan menyetop penurunan popularitas Obama," tambahnya.
"Sejak beberapa tahun lalu, Osama tidak lagi mengontrol operasi Al Qaeda dan memainkan peran penting dalam aksi-aksi terorisme dan AS juga mengetahui dengan baik masalah ini. Namun, tetap mengeksploitasinya sebagai sarana dan alat pada saat-saat diperlukan," tegasnya.
Ketika ditanya tentang peran AS dan beberapa negara Arab dalam mendirikan Al Qaeda, Christison menjelaskan, meski pada prinsipnya Al Qaeda dan Osama adalah produk Barat dan beberapa negara Arab, tapi bukan berarti negara-negara itu masih mengendalikan organisasi teroris tersebut.
Osama bin Mohammed bin Awad bin Laden yang lahir pada tahun 1957 di Riyadh adalah seorang warga negara Arab Saudi dan anggota keluarga Bin Laden, pendiri dan pemimpin kelompok teroris Al Qaeda.
Setelah meninggalkan kuliah pada tahun 1979, Osama bergabung dengan mujahidin Afghanistan untuk melawan invasi Soviet di negara itu. Dari tahun 1979-1989 di bawah Presiden Jimmy Carter dan Ronald Reagan, CIA menyediakan bantuan finansial, senjata dan pelatihan secara terbuka dan rahasia kepada mujahidin Afghanistan dan Osama untuk melawan Soviet. Presiden Reagan bahkan sering memuji mujahidin Afghanistan sebagai pejuang kebebasan. (IRIB/RM/NA)
No comments:
Post a Comment